Jumpa lagi di blog saya"Milik Kita Semua" kali ini saya akan membahas tentang....................
"Penggunaan Alat ukur listrik yang aman"
Menggunakan alat ukur listrik secara aman dan efisien mungkin adalah suatu skil yang berharga bagi seorang teknisi elektronika, baik itu untuk keamanan bagi dirinya sendiri atau untuk kemampuan dalam bidang pekerjaannya. Kecerobohanadalah salah satu faktor penyebab kecelakaan bagi seorang teknisi.
Alat ukur listrik yang paling umum digunakan adalah multimeter. Dinamakan multimeter karena kemampuannya untuk mengukur berbagai variabel besaran listrik seperti : tegangan, arus, resistansi, dan berbagai besaran lain, besaran lainnya tidak bisa dibahas di sini karena faktor kerumitan. Di tangan seorang teknisi yang terlatih, multimeter bisa menjadi suatu alat yang efisien dan alat yang aman. Di tangan seorang yang ceroboh, multimeter bisa menjadi sumber bahaya saat dihubungkan ke rangkaian yang sedang aktif.
Ada berbagai macam multimeter yang dijual di pasaran, model yang dibuat pabrik memungkinkan tiap multimeter memiliki keistimewaan tertentu. Multimeter yang ditunjukkan gambar di bawah ini adalah disain yang umum, bukan produk merk tertentu, tetapi bentuk yang paling umum sesuai prinsip penggunaan dasarnya.
Multimeter yang anda lihat adalah yang jenis “digital” : karena tampilan angkanya menunjukkan angka numeris seperti pada jam digital. Tombol selektor yang dapat diputar-putar (pada gambar berada dalam posisi off) memiliki lima macam posisi pengukuran yang berbeda-beda dan dapat diset pada : dua pilihan “V”, dua pilihan “A”, dan satu tombol yang dilambangkan Ω adalah untuk mengukur resistansi.
Dari dua pilihan “V” dan dua pilihan “A”, anda akan melihat masing-masing pasangan dibagi menjadi dua pasang yaitu huruf “V” yang bertanda garis bentuk gelombang naik turun, dan yang satunya huruf “V” yang bertanda sepasang garis sambung-putus. Begitu pula untuk huruf “A”, memiliki bentuk yang sama dengan “V”. Untuk simbol gelombang naik-turun, berarti ini digunakan untuk pengukuran listrik AC (alternating current) dan yang sepasang garis sambung-putus digunakan untuk mengukur listrik DC (direct current).
Ada tiga soket berbeda pada tampilan depan multimeter dimana kita dapat mencolokkan kabel tes kita ke dalamnya. Kabel tes adalah kabel biasa yang digunakan untuk mengubungkan rangkaian yang diukur dengan multimeter. Kabel ini merupakan kawat yang dibungkus dengan kode warna (merah dan hitam) insulator yang fleksibel untuk mencegah tangan kita menyentuh konduktor secara langsung, dan ujung dari masing-masing probe berbentuk lancip, terbentuk dari kawat yang kaku:
Kabel tes warna hitam selalu dicolokkan ke dalam soket warna hitam pada multimeter: biasanya ditulis dengan nama “COM” singkatan dari “common”. Kabel tes yang warna merah dicolokkan pada soket yang bertulisan voltage atau resistance, atau kabel warna merah dicolokkan pada arus, tergantung besaran listrik apa yang ingin kita ukur.
Untuk melihat bagaimana multimeter bekerja, mari kita lihat pada sepasang contoh yang menunjukkan penggunaan dari multimeter. Pertama, kita akan mengeset meteran untuk mengukur tegangan DC dari baterai:
Perhatikan bahwa dua kabel tes dicolokkan pada soket yang sesuai, yaitu pengukuran tegangan (voltage), dan posisi tombol selektor telah diset menjadi DC “V”. Sekarang, kita akan melihat contoh penggunaan multimeter untuk mengukur tegangan AC dari stop kontak listrik pada peralatan listrik di rumah (soket pada tembok):
Perbedaannya hanya pada posisi tombol selektor: sekarang tombol selektor diarahkan menjadi AC “V”. Karena kita juga mengukur tegangan, kedua kabel tes diicolokkan pada soket yang sama pada multimeter (sama seperti saat mengukur tegangan DC). Dari kedua contoh ini, anda tidak boleh saling menempelkan kedua probe (merah dan hitam) saat melakukan pengukuran tegangan pada dua titik dalam rangkaian yang aktif. Karena apabila hal ini anda lakukan, maka akan terjadi hubung singkat (short circuit), bahkan akan terjadi loncatan bunga api. Gambar berikut ini mengilustrasikan potensi bahayanya:
Pengukuran tegangan mungkin adalah salah satu tujuan penggunaan multimeter, pengukuran ini harus dilakukan secara aman, dan ini harus dipahami oleh pengguna multimeter. Tegangan selalu relatif terhadap dua titik, meteran harus terpasang secara pasti pada dua titik dalam suatu rangkaian agar menghasilkan pembacaan yang benar. Ini berarti kedua probe harus dipegang oleh tangan pengguna dan diletakkan pada titik yang tepat dalam rangkaian saat melakukan pengukuran.
Karena aliran listrik tangan ke tangan adalah yang paling berbahaya, memegang kedua probe meteran pada dua titiik yang bertegangan tinggi selalu ada potensi bahayanya. Bila pembungkus pelindung dari probe terlepas atau terkelupas, kemungkinan terjadi kontak langsung antara jari pengguna multimeter dengan konduktor, bisa ,menyebabkan sengatan listrik. Bila memungkinkan, gunakan hanya satu tangan saat melakukan pengukuran, ini adalah opsi yang lebih aman. Terkadang, memungkinkan bagi kita untuk menempelkan suatu probe pada rangkaian sehingga probe tersebut tidak perlu dipegang dan kita memegang probe yang lainnya dengan satu tangan. Aksesoris penjepit probe ini biasanya disertakan pada saat anda membeli multimeter.
Ingat bahwa kabel tes meteran adalah bagian dari paket peralatan multimeter, dan kabel ini harus benar-benar diperhatikan. BIla anda membutuhkan aksesoris khusus untuk kabel tes, seperti penjepit probe, periksa katalog produk dari pabrik multimeter itu. Jangan mencoba membuat kreasi sendiri saat mengetes probe, karena bisa membahayakan diri sendiri saat digunakan untuk mengukur rangkaian yang sedang aktif.
Selain itu, yang perlu diingat adalah multimeter digital biasanya melakukan tindakan yang bagus yaitu dapat membedakan antara pengukuran AC atau DC. Seperti dijelaskan sebelumnya, baik itu tegangan DC ataupun AC bisa mematikan. Untuk keselamatan, periksa terlebih dahulu keberadaan AC dan DC. untuk melakukan pemeriksaan terhadap keberadaan tegangan berbahaya, anda harus mengukur semua pasangan titik-titik yang tidak diketahui itu.
Sebagai contoh, misal anda membuka kabinet pengkabelan listrik untuk mencari tiga konduktor yang menyuplai daya AC kepada beban. Circuit breaker pada rangkaian ini dalam kondisi terputus. Anda cek lagi tentang keberadaan daya listrik pada rangkaian itu dengan menekan tombol start pada beban. Ternyata memang tidak terjadi apa-apa, selanjutnya anda lakukan pengukuran tegangan menggunakan meteran.
Pertama, anda cek bahwa meteran anda bisa bekerja dengan baik. Caranya dengan mencoba mengukur tegangan AC pada suatu stop kontak. Setelah anda yakin bahwa meteran yang anda gunakan bekerja dengan baik, selanjutnya anda ukur tegangan diantara tiga kabel dalam kabinet ini. Tetapi tegangan diukur diantara dua titik, jadi, dimana anda akan mengukur?
Jawabannya adalah dengan mengukur diantara semua kombinasi ketiga titik tersebut. Seperti yang anda lihat, ketiga titik itu diberi nama “A”, “B”, dan “C” pada gambar ilustrasi di atas. Sehingga anda harus mengeset multimeter anda ke dalam mode voltmeter dan melakukan pengecekan diantara titik A & B, B & C, dan A & C. Bila anda menemukan nilai tegangan dari pengukuran ini, ini berarti rangkaian tersebut tidak berada dalam kondisi Zero Energy. Tetapi tunggu dulu! Ingat bahwa multimeter tidak akan mendeteksi tegangan DC apabila multimeter itu diset menggunakan mode tegangan AC (begitu juga sebaliknya), sehingga anda harus mengukur lagi pasangan ketiga titik itu masing-masing diukur dalam mode pengukuran tegangan DC, sehingga total ada enam kali pengukuran (3 pasang pengukuran tegangan AC, dan 3 pasang pengukuran tegangan DC).
Namun, setelah kita selesai mengukur semuanya, kita masih belum menemukan semua kemungkinan. Ingat bahwa bahaya tegangan bisa timbul di antara kawat tunggal dengan ground (pada kasus ini, kotak logam pembungkus kabinet akan menjadi titik referensi ground yang baik) pada suatu sistem tenaga listrik. Jadi, untuk keamanan yang sempurna, kita tidak hanya mengukur titik antara A & B, B & C, dan A & C (dalam mode AC dan DC), tetapi anda juga harus mengukur tegangan antara titik A & ground, B & ground, serta C & ground (baik itu dalam mode DC dan AC) Ini berarti terdapat total dua belas kali pengukuran untuk pengecekan secara keseluruhan dari skenario pengukuran tiga kawat. Setelah anda selesai melakukan pengukuran, anda harus melakukan tes ulang multimeter anda dengan mencoba pengukuran pada suatu stop kontak untuk memastikan bahwa multimeter masih dapat bekerja dengan baik.
Menggunakan multimeter untuk megukur resistansi adalah pekerjaan yang lebih mudah. Kabel-kabel tes tetap dicolokkan pada soket yang sama seperti saat mengukur tegangan, tetapi tombol selektor harus diarahkan ke simbol resistansi yaiitu Ω (omega). Dengan menyentuhkan kedua probe pada suatu komponen yang akan diukur resistansinya, meteran ini akan menampilkan nilai resistansinya dalam ohm:
Yang perlu diperhatikan adalah saat mengukur resistansi, pengukuran ini harus dilakukan pada komponen yang tidak berenergi (tidak dialiri listrik). Ketika meteran dalam mode pengukuran resistansi, meteran ini menggunakan baterai internal untuk menghasilkan arus yang kecil melewati komponen yang akan diukur, dengan merasakan seberapa sulit arus ini melewati komponen itu, maka nilai resistansinya dapat dihitung dan ditampilkan pada display meterannya. Apabila ada sumber tegangan luar yang terhubung dengan komponen yang sedang kita ukur resistansinya, maka arus yang dihasilkan ohmmeter akan saling menolong atau saling melawan dengan arus yang dihasilkan dari sumber tegangan luar, akibatnya adalah kesalahan pembacaan. Namun dalam kondisi yang paling buruk, multimeter mungkin saja bisa rusak karena tegangan eksternal tadi.
Mode resistansi dari multimeter berguna untuk menetukan kontinuitas dari suatu kawat, atau bisa juga digunakan untuk tes kepresisian dari pengukuran resistansi. Ketika kedua probe ditempelkan diantara konduktor solid yang bagus, maka meteran akan menunjukkan angka hampir 0 Ω. Bila diantara kabel tes tidak ada resistansinya sama sekali, hasil pembacaannya haruslah sama dengan 0 Ω tepat.
Apabila kabel tes tidak menyentuh satu sama lain. Atau ditempelkan pada suatu konduktor yang rusak, meteran akan menunjukkan resistansi yang sangat besar (biasanya ditampilkan garis putus-putus atau disingkat O.L yang berarti “open loop”):
Penggunaan kompleks dan berbahaya dari multimeter adalah saat digunakan untuk mengukur arus. Alasannya sederhana : agar multimeter dapat megukur arus, arus yang diukur harus masuk melewati multimeter. Ini berarti meteran tersebut harus menjadi bagian dari jalur yang dilewati arus (tidak seperti saat mengukur tegangan yaitu hanya menempelkan probe di antara dua titik). Agar meteran tersebut menjadi bagian dari jalurnya arus, kita harus membuka rangkaian yang akan kita ukur arusnya dah menempatkan multimeter ke dalam (sambung seri) rangkaian itu. Untuk mengukur arus, tombol selektor harus diset pada “A” baik itu yang DC atau AC dan kabel tes yang warna merah harus dicolokkan pada soket yang bertanda “A”. Gambar ini akan mengilustrasikan bagaimana suatu meteran mengukur arus pada suatu rangkaian:
Sekarang, rangkaian tersebut diputus dan meteran diletakkan di dalamnya:
Contoh pengukuran ini menunjukkan pengukuran rangkaian yang aman. Dengan sumber tegangan yang hanya 9 volt, maka tidak terlalu bahaya. Arus yang diukur nilainya kecil. Namun, dengan rangkaian yang memiliki daya yang lebih besar, ini bisa menjadi sangat berbahaya. Walaupun nilai tegangannya kecil, arus normal ini sudah cukup menghasilkan kilatan cahaya/loncatan bunga api sesaat yang berbahaya saat pengukuran dilakukan.
Potensi bahaya yang lainnya adalah penggunaan multimeter saat dalam mode pengukuran arus (ammeter) lupa atau dengan ceroboh tidak diganti ke mode voltmeter saat akan melakukan pengukuran tegangan. Alasannya adalah disain mode ammeter berbeda dengan voltmeter. Saat anda melakukan pengukuran arus (dalam mode ammeter) maka nilai resistansi dalam dari ammeter adalah sangat kecil (supaya tidak mempengaruhi/menghalangi arus elektron yang mengalir pada rangkaian yang akan diukur).Inilah mengapa kita harus mencolokkan kabel tes pada soket yang berbeda saat akan melakukan pengukuran arus, karena soket “A” memiliki resistansi internal yang sangat rendah. Sedangkan soket “V” memiliki resistansi yang sangat besar sekali (idealnya Rinternal= ∞ Ω)
Ketika anda mengubah switch dari mode pengukuran arus- menjadi mode pengukuran tegangan, mungkin dengan mudah mengubah tombol selektor dari posisi “A” menjadi “V”, namun sering kali kita lupa memindah kabel tes warna merah dari soket “A” ke soket “V”. Hasilnya, saat meteran ini dihubungkan ke suatu sumber tegangan, maka akan terjadi short circuit di dalam meteran tersebut.
Untuk menghindari masalah ini, beberapa meteran didisain akan mengeluarkan tanda bunyi apabila anda memilih tombol selektor pada pengukuran tegangan, namun kabel tes warna merah masih menancap di soket “A”.
Multimeter yang bagus memiliki sekering (fuse) di dalamnya, yang bisa putus/meleleh saat kelebihan arus melewati meteran tersebut, seperti ilustrasi kondisi pada gambar di atas. Seperti semua alat pelindung kelebihan arus, sekering ini didisain untuk melindungi peralatan (multimeter) dari kerusakan, dan juga mellindungi si pemakai dari bahaya sengatan listrik. Sebuah multimeter dapat dicek sekering nya masih bekerja atau tidak dengan cara mengubah ke mode pengukuran resistansi dan saling menempelkan kedua probe seperti gambar ini:
Sekering yang bagus akan menunjukkan pembacaan nilai resistansi yang sangat kecil sekali sedangkan sekering yang sudah terbakar akan menunjukkan “O.L” (atau tanda apa saja yang menunjukkan ketidak kontinuan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar